Cerpen JKT48: Persahabatan Konyol Melody Dan Stella “Melody…!!” teriak Stella yang baru saja selesai memarkirmotor scoopy pinknya kemudian berlari kecil kearah ku “ya ampun Stella masih pagiudah berisik” gerutuku sambil berjalan cepat, malu juga sih diliat olehbeberapa pasang mata karena kehebohan sahabat ku yang satu ini. Aku udahbersahabat dengan Stella sejak kelas satu SMP, awalnya aku tertarik bersahabatdengan dia karena melihat dia itu pendiam, sabar, dan lembut namun ternyatasemakin kesini semua itu hanya kamuflase untuk jaim belaka, betapa polosnya akudulu sampai terkelabui oleh tampangnya yang tenang. Lihat saja tingkah anak ini,belum cukup seminggu kami jadi anak SMA, sudah banyak kehebohan yang ia buat. 3hari yang lalu kami harus kucing-kucingan dengan guru BK disekolah karena Stellamemakai kaos kaki warna warni yang nge-jreng banget, 2 hari yang lalu kamibertengkar dengan kakak kelas karena Stella tidak mau mengalah masalah rebutan parkirmotor, sekarang masih pagi-pagi ia sudah teriak-teriak histeris disekolah, yaampun seperti kutukan saja.
“ngelamun ya?”saat pelajaran baru saja mulai, “tidak, aku lagi mengeluh pada sang penciptasoalnya dapat sahabat kaya kamu” jawab ku asal sambil menjulurkan lidah kearahnya “tapi.. tetap sayangkan?” narsis Stella tampak senyum-senyum tidakmemperhatikan pelajaran fisika dari ibu Marwah, walaupun aku juga sebenarnyalebih fokus main HP ketimbang memperhatikan rumus-rumus fisika yang menurut kutidak jelas itu, masa ia kita harus menghitung kecepatan jatuhnya apel daripohon? BUAT APA COBA? Mending jugadimakan dari pada kita ngitungin kecepatan jatuhnya dan harus pasrah melihatapel itu jatuh ketanah yang penuh pasir dan tidak bisa dimakan lagi .
“Melody.. psstt,Melody.. Melodyyy” teriak Stella lagi saat jam pelajaran masih berlangsung. “Stella,Melody ada apa kalian berdua?” Tanya ibu Marwah sambil memegang penggaris kayusuper panjangnya itu, “ini bu.. emm ada tikus” jawab asal Stella yang benar-benarkonyol . karena kekonyolan anak satu ini alhasil kami dikeluakan dari kelassaat jam pelajaran masih berlangsung. Pilihan paling tepat saat situasi beginiya kantin “gila, kenapa sih kamu harus teriak?” Tanya ku protes tapi tetap lahapmakan bakso pesanan dari kantin, ada untungnya keluar saat jam perlajaran, bisamakan tanpa harus ngantri, “habisnya kamu tuh di panggil tidak nyaut-nyaut.Kesel tau” protes Stella sambil melemparsedotan kearah ku. Belum sempat aku melawan eh dia mulai cerocos lagi, “eh.. bythe way kamu udah kepikiran mau masuk EKSUL mana?” Tanya nya sambil senyum semriwing.
“Cheers” jawabku sambil tetap menyuap bakso ke dalam mulutku, “kalau kamu? Pasti kelas vocal.. Ia kan? Udahketebak!” sambung ku menyadari perubahan ekspresi Stella dari senyum ala putrimenjadi cengiran kuda “iaa dong. Kamu masuk vocal aja biar kita barengan” bujuk Stella Bukannya aku tidak mau sih. Tapi aku lebih senang cheers ketimbangnyanyi, sedangkan disekolah hanya boleh ikut satu ekskul.
Hari-hari saatSMA pun terus berlalu dengan keceriaan kami berdua, hingga suatu saat kamiberdua pun sibuk dengan Ekskul kami masing-masing.
“ciee udah jadi ketua vocal”sindir ku saat menghampiri aula tempat latihan Stella, sejak kami masuk eksul yangberbeda, waktu untuk berkumpul berdua pun jadi semakin sedikit. Apa lagi sejakkelas 2 aku dan Stella akhirnya terpilih menjadi ketua ekskul kami masing-masing. “iihh.. kaya kamubukan ketua aja. Tumben, ada apa nih?” Stella masih fokus dengan anggotanyahingga ia tidak sempat melihatku. “gini ..kan lapangan tempat kami biasa latihan sedang dipakai oleh tim basket, aku boleh izin pakaiaula buat latihan ga?” Tanya ku sambil berusaha membujuk semanis mungkin ,sebenarnya aku tidak enak meminjam aula yang jadi tempat latihan ekskul vocal,apa lagi mengingat mereka sebentar lagi akan ada pertandingan lomba vocal yangdiadakan tingkat nasional, tapi sebagai ketua Cheers aku juga tidak ingindibilang tidak becus dalam latihan. Belum lagi peraturan sekolah yang aneh-anehyang melarang setiap ekskul mengadakan kegiatan diluar sekolah berupa latihan atausekedar rapat , aneh kan. “bukannya aku tidak mau Mel, tapi aku lagi fokus buatpertandingan lomba nih” sambung Stella sambil meminta maaf. Aku hanya bisatersenyum kecut kemudian berlalu pergi.
Setelah beberapahari pun Cheers tidak pernah latihan, dengan rasa bersalah aku mengajukanpermohonan ke kepalah sekolah untuk saling berbagi aula untuk latihan cheers,karena tim basket sebulan lagi akan tanding sedangkan ekskul vocal masihmemiliki waktu 2 bulan lebih untuk menghadapi pertandingan. Aku tahu ini kalipertama murid-murid ekskul vocal ingin menunjukan eksistensinya, apalagi jika merekabisa menang dalam pertandingan vocal tersebut, tentunya akan menjadi kebanggaantersendiri untuk mereka dan pihak sekolah tidak akan memandang sebelah mataekskul vocal lagi. Tapi tim cheers juga butuh latihan buat menyemangati timbasket, harunya ada sedikit pengertianlah. Aku harap Stella mengerti.
“Stella kamu mengertikan”Tanya kepsek ke Stella saat aku dan Stella diajak untuk berunding oleh kepsek.Beberapa kali Stella mengajukan penolakan, tapi karena ini permintaan dari kepsekakhirnya Stella menuruti dengan apa yang diperintahkan. “aku harap kalian tidakmenganggu yah!” sindir Stella ketus sambil melihat ku. Aku tahu Stella menaruhharapan besar di group vokalnya, betapa cintanya ia dengan nyanyian, tapi akuhanya ingin meminta sedikit pengertian darinya. Aku sudah janji tidak akanmenganggu group vocal mereka.
Awalnya semualancar, pembagian hari, dan waktu berjalan dengan baik. Tapi entah perasaan kusaja, murid-murid ekskul vocal mulai egois . tak jarang kami harus mengalah dihari yang seharusnya menjadi hari latihan kami, atau kami dibuat menunggubegitu lama karena group vocal selesai latihan lebih lama dari yang seharusnya.Aku rasa ini tidak bisa dibiarkan, aku akhirnya menghampiri Stella yang saat itulagi sendirian. “Stella kita bisa ngomong gak?” Tanya ku sambil duduk di kursidekat Stella, Stella tampak capek tapi ia menyempatkan waktu untuk mendengarkan ku“iya ada apa mel?” jawabnya datar.
“Udah lama yah kita tidak seakrab ini, dudukbersama dan bertukar pikiran” sambungku sambil flashback masa lalu yang setiaphari selalu ada Stella menjadi orang yang menghiburku. “ia, sekarang kita jaditidak punya waktu untuk bersama” sambungnya kemudian menawarkanku minumanberwarna dari botolnya, aku hanya tersenyum sambil memandang kearah lain. “dulukita saling mengerti, Sekarang kita jadi tidak dapat mengerti satu sama lainyah?” belum sempat aku menyelesaikan pembicaraanku, raut wajah heran bercampurmarah terlihat jelas diwajah Stella “maksud kamu Melody?” Tanya Stella kemudianberdiri memandang ku.
“Aku selalu berusaha untuk mengerti kamu yah.Kamunya aja kali yang tidak bias ngertiin aku!” nada ketus langsung keluar darisetiap kata Stella, “bukan begitu... Hanya saja, lihat! cuma karena masalahsepele kita jadi kaku begini” aku berusaha menjelaskan tapi Stella kembali protes,“sepele?? Kamu aja yang mulai duluan, Kita sahabatan lama tapi kamu bilangtidak saling mengerti, artinya aku tidak bisa memahami kamu, begitu maksud kamu!?Melody kurang baik apa coba aku berbagi waktu latihan buat tim cheers kamu??Padahal group vocal sebentar lagi akan bertanding, sedangkan tim kamu hanyasebagai pemandu sorak!” kali ini Stella berbalik sambil merapikanbarang-barangnya kedalam tas.
“kamu jangan ngomong ketus gitu bisa gak sih?Aku mau memperbaiki bukan membuat segalanya jadi rumit Stel” jelasku sedikitemosi, “udahlah.. Kamu bilang kita mulai tidak saling mengerti. Kalau begitukamu urus diri kamu aja sendiri ! kan hanya kamu yang mengerti diri kamusendiri. Melody Please kasih aku kesempatan agar group vocal kami jadi lebih baik. kamu ngerti kan!?” setelah itu Stella berlalu tampa mendengarkan ku lagi.
Sejak saat ituaku tidak lagi memakai aula untuk latihan. Kami menggunakan kelas untuklatihan, toh tim basket seminggu lagi akan tanding jadi kami tidak punya waktubanyak. Stella terlalu terlena dengan group Vokalnya hingga tidak pernah lagi maumemperbaiki kesalahpahaman kami. Aku semakin dekat dengan anggota cheers, hangout bareng, tertawa bareng, terkadang aku curhat rasa kehilangan ku karena Stellake anggota cheers lainnya.
Akhirnya cheerssukses tampil menyemangati tim basket, kami dan tim basket pulang membawa pialajuara satu. Kepsek mengizinkan kami merayakan kemenangan dilapangan basketsekolah. Malam-malam aku melihat Stella dan anggota lainnya masih berlatih vocal,terkadang aku khawatir dengan nilai Stella yang belakangan ini kurang baik.
“aku salah apasih Mel sama kamu?” bentak Stella marah saat menghampiriku dilapangan basket.“ada apa?” Tanya ku , sambil memberikan kode untuk anggota lain member kamiruang untuk berduaan. “kamu tidak suka liat aku menggapai impian ku? Kenapakamu harus memberitahu orang tua aku kalau nilai ku jelek karena latihan vocalterus haaa..!?” Tanya Stella marah.
“karena orang tua kamu bertanya. Jadi akuhanya menjawab apa adanya, lagian ini juga untuk kebaikan kamu Stell” jawab ku merasa bersalah sambil berusahamemandang Stella, tapi ia enggan menatap ku. “Karena gila urusan kamu itu,sekarang aku dilarang ikut ekskul vocal. Puaskan kamu sekarang? Kamu bisa pakaiaula sepuasnya untuk latihan!” bentak Stella sambil berlalu.
Akhirnya haripertandingan pun tiba , Group ekskul vocal mau tidak mau harus mengikuti lombatanpa Stella. Stella begitu kecewa , bahkan enggan menatap ku, ia pun memilihtempat duduk jauh dari ku di dalam kelas. Setelah penerimaan raport kelas dua,tiba-tiba Stella pindah sekolah , ini untuk pertama kalinya aku merindukan sosok Stella. Hari berganti hari , tidak ada lagi ekskul cheers karena kami semua sedangfokus untuk menghadapi Ujian Nasional, Stella pun bagai hilang tanpa kabar. Akusibuk belajar untuk menghadapi UN, sesekali aku latihan vocal sendirian sambilmemadukannya dengan gerakan cheers. Cara itu satu-satunya yang mampumenghilangkan rasa stress ku.
Waktu pun terusberlalu, setelah akhirnya lulus sekolah, Aku memilih untuk tidak meneruskankuliah melainkan ikut dalam latihan vocal pada guru privat. Jikalau Stella tidakbisa meraih mimpinya diluar sana, aku bertekad ingin membantunya untuk melanjutkanmimpinya. Aku terus berusaha mengatur nafas ku agar saat menari sambil menyanyi,nyanyianku tetap terdengar bagus. jatuh bangun aku lewati saat latihan koreografi,begitu pula saat menghampiri satu produser ke produser yang lain meski akuharus terus ditolak untuk dapat masuk ke industri musik. Hingga suatu ketikaada satu produser yang membantu ku, dan untuk pertama kalinya aku dapat tampildi TV yang membuat aku sangat senang. “jika Stella melihat ku, aku harap kamu dapathadir bersamaku. Maafkan aku Stella, Aku harap kamu meraih mimpi mu seperti akuberusaha meneruskan mimpi mu” setelah ucapan aku pun mulai menyanyi dan menarididepan kamera. Ternyata banyak penonton yang menyukai penampilanku dan Akusangat bersyukur dapat terus dipanggil untuk manggung dilayar kaca.
Dan akhirnya suatuketika dalam satu acara, aku melihat sosok Stella sedang duduk menatapku dalamderetan bangku penonton. tiba harinya aku bertemu kembali dengan Stellaberpelukan melepas rindu tanpa membahas kembali masa yang telah berlalu, akumenganggap tidak pernah terjadi apapun, aku ingin Stella tetap menjadi sahabatkuseperti dulu. Aku menarik Stella ke atas panggung . awalnya Stella melihatku yangmenyanyi dan menari, tidak lama kemudian Stella mulai mengikuti gerakanku dannyanyianku dengan sangat kompak. semua penonton didalam ruangan bertepuk tangan, aku menarik nafas kemudian turun kepanggung bersama Stella tapi tetap masihtidak percaya dengan apa yang telah terjadi. “aku selalu bilang kan kalau aku itupaling ngerti kamu. Bahkan gerakan dan nyanyianmu pun aku bisa sangat mengerti” ucap Stella tersenyumriang sambil menjulurkan lidah kepadaku.
--- selesai ---
“ngelamun ya?”saat pelajaran baru saja mulai, “tidak, aku lagi mengeluh pada sang penciptasoalnya dapat sahabat kaya kamu” jawab ku asal sambil menjulurkan lidah kearahnya “tapi.. tetap sayangkan?” narsis Stella tampak senyum-senyum tidakmemperhatikan pelajaran fisika dari ibu Marwah, walaupun aku juga sebenarnyalebih fokus main HP ketimbang memperhatikan rumus-rumus fisika yang menurut kutidak jelas itu, masa ia kita harus menghitung kecepatan jatuhnya apel daripohon? BUAT APA COBA? Mending jugadimakan dari pada kita ngitungin kecepatan jatuhnya dan harus pasrah melihatapel itu jatuh ketanah yang penuh pasir dan tidak bisa dimakan lagi .
“Melody.. psstt,Melody.. Melodyyy” teriak Stella lagi saat jam pelajaran masih berlangsung. “Stella,Melody ada apa kalian berdua?” Tanya ibu Marwah sambil memegang penggaris kayusuper panjangnya itu, “ini bu.. emm ada tikus” jawab asal Stella yang benar-benarkonyol . karena kekonyolan anak satu ini alhasil kami dikeluakan dari kelassaat jam pelajaran masih berlangsung. Pilihan paling tepat saat situasi beginiya kantin “gila, kenapa sih kamu harus teriak?” Tanya ku protes tapi tetap lahapmakan bakso pesanan dari kantin, ada untungnya keluar saat jam perlajaran, bisamakan tanpa harus ngantri, “habisnya kamu tuh di panggil tidak nyaut-nyaut.Kesel tau” protes Stella sambil melemparsedotan kearah ku. Belum sempat aku melawan eh dia mulai cerocos lagi, “eh.. bythe way kamu udah kepikiran mau masuk EKSUL mana?” Tanya nya sambil senyum semriwing.
“Cheers” jawabku sambil tetap menyuap bakso ke dalam mulutku, “kalau kamu? Pasti kelas vocal.. Ia kan? Udahketebak!” sambung ku menyadari perubahan ekspresi Stella dari senyum ala putrimenjadi cengiran kuda “iaa dong. Kamu masuk vocal aja biar kita barengan” bujuk Stella Bukannya aku tidak mau sih. Tapi aku lebih senang cheers ketimbangnyanyi, sedangkan disekolah hanya boleh ikut satu ekskul.
Hari-hari saatSMA pun terus berlalu dengan keceriaan kami berdua, hingga suatu saat kamiberdua pun sibuk dengan Ekskul kami masing-masing.
“ciee udah jadi ketua vocal”sindir ku saat menghampiri aula tempat latihan Stella, sejak kami masuk eksul yangberbeda, waktu untuk berkumpul berdua pun jadi semakin sedikit. Apa lagi sejakkelas 2 aku dan Stella akhirnya terpilih menjadi ketua ekskul kami masing-masing. “iihh.. kaya kamubukan ketua aja. Tumben, ada apa nih?” Stella masih fokus dengan anggotanyahingga ia tidak sempat melihatku. “gini ..kan lapangan tempat kami biasa latihan sedang dipakai oleh tim basket, aku boleh izin pakaiaula buat latihan ga?” Tanya ku sambil berusaha membujuk semanis mungkin ,sebenarnya aku tidak enak meminjam aula yang jadi tempat latihan ekskul vocal,apa lagi mengingat mereka sebentar lagi akan ada pertandingan lomba vocal yangdiadakan tingkat nasional, tapi sebagai ketua Cheers aku juga tidak ingindibilang tidak becus dalam latihan. Belum lagi peraturan sekolah yang aneh-anehyang melarang setiap ekskul mengadakan kegiatan diluar sekolah berupa latihan atausekedar rapat , aneh kan. “bukannya aku tidak mau Mel, tapi aku lagi fokus buatpertandingan lomba nih” sambung Stella sambil meminta maaf. Aku hanya bisatersenyum kecut kemudian berlalu pergi.
Setelah beberapahari pun Cheers tidak pernah latihan, dengan rasa bersalah aku mengajukanpermohonan ke kepalah sekolah untuk saling berbagi aula untuk latihan cheers,karena tim basket sebulan lagi akan tanding sedangkan ekskul vocal masihmemiliki waktu 2 bulan lebih untuk menghadapi pertandingan. Aku tahu ini kalipertama murid-murid ekskul vocal ingin menunjukan eksistensinya, apalagi jika merekabisa menang dalam pertandingan vocal tersebut, tentunya akan menjadi kebanggaantersendiri untuk mereka dan pihak sekolah tidak akan memandang sebelah mataekskul vocal lagi. Tapi tim cheers juga butuh latihan buat menyemangati timbasket, harunya ada sedikit pengertianlah. Aku harap Stella mengerti.
“Stella kamu mengertikan”Tanya kepsek ke Stella saat aku dan Stella diajak untuk berunding oleh kepsek.Beberapa kali Stella mengajukan penolakan, tapi karena ini permintaan dari kepsekakhirnya Stella menuruti dengan apa yang diperintahkan. “aku harap kalian tidakmenganggu yah!” sindir Stella ketus sambil melihat ku. Aku tahu Stella menaruhharapan besar di group vokalnya, betapa cintanya ia dengan nyanyian, tapi akuhanya ingin meminta sedikit pengertian darinya. Aku sudah janji tidak akanmenganggu group vocal mereka.
Awalnya semualancar, pembagian hari, dan waktu berjalan dengan baik. Tapi entah perasaan kusaja, murid-murid ekskul vocal mulai egois . tak jarang kami harus mengalah dihari yang seharusnya menjadi hari latihan kami, atau kami dibuat menunggubegitu lama karena group vocal selesai latihan lebih lama dari yang seharusnya.Aku rasa ini tidak bisa dibiarkan, aku akhirnya menghampiri Stella yang saat itulagi sendirian. “Stella kita bisa ngomong gak?” Tanya ku sambil duduk di kursidekat Stella, Stella tampak capek tapi ia menyempatkan waktu untuk mendengarkan ku“iya ada apa mel?” jawabnya datar.
“Udah lama yah kita tidak seakrab ini, dudukbersama dan bertukar pikiran” sambungku sambil flashback masa lalu yang setiaphari selalu ada Stella menjadi orang yang menghiburku. “ia, sekarang kita jaditidak punya waktu untuk bersama” sambungnya kemudian menawarkanku minumanberwarna dari botolnya, aku hanya tersenyum sambil memandang kearah lain. “dulukita saling mengerti, Sekarang kita jadi tidak dapat mengerti satu sama lainyah?” belum sempat aku menyelesaikan pembicaraanku, raut wajah heran bercampurmarah terlihat jelas diwajah Stella “maksud kamu Melody?” Tanya Stella kemudianberdiri memandang ku.
“Aku selalu berusaha untuk mengerti kamu yah.Kamunya aja kali yang tidak bias ngertiin aku!” nada ketus langsung keluar darisetiap kata Stella, “bukan begitu... Hanya saja, lihat! cuma karena masalahsepele kita jadi kaku begini” aku berusaha menjelaskan tapi Stella kembali protes,“sepele?? Kamu aja yang mulai duluan, Kita sahabatan lama tapi kamu bilangtidak saling mengerti, artinya aku tidak bisa memahami kamu, begitu maksud kamu!?Melody kurang baik apa coba aku berbagi waktu latihan buat tim cheers kamu??Padahal group vocal sebentar lagi akan bertanding, sedangkan tim kamu hanyasebagai pemandu sorak!” kali ini Stella berbalik sambil merapikanbarang-barangnya kedalam tas.
“kamu jangan ngomong ketus gitu bisa gak sih?Aku mau memperbaiki bukan membuat segalanya jadi rumit Stel” jelasku sedikitemosi, “udahlah.. Kamu bilang kita mulai tidak saling mengerti. Kalau begitukamu urus diri kamu aja sendiri ! kan hanya kamu yang mengerti diri kamusendiri. Melody Please kasih aku kesempatan agar group vocal kami jadi lebih baik. kamu ngerti kan!?” setelah itu Stella berlalu tampa mendengarkan ku lagi.
Sejak saat ituaku tidak lagi memakai aula untuk latihan. Kami menggunakan kelas untuklatihan, toh tim basket seminggu lagi akan tanding jadi kami tidak punya waktubanyak. Stella terlalu terlena dengan group Vokalnya hingga tidak pernah lagi maumemperbaiki kesalahpahaman kami. Aku semakin dekat dengan anggota cheers, hangout bareng, tertawa bareng, terkadang aku curhat rasa kehilangan ku karena Stellake anggota cheers lainnya.
Akhirnya cheerssukses tampil menyemangati tim basket, kami dan tim basket pulang membawa pialajuara satu. Kepsek mengizinkan kami merayakan kemenangan dilapangan basketsekolah. Malam-malam aku melihat Stella dan anggota lainnya masih berlatih vocal,terkadang aku khawatir dengan nilai Stella yang belakangan ini kurang baik.
“aku salah apasih Mel sama kamu?” bentak Stella marah saat menghampiriku dilapangan basket.“ada apa?” Tanya ku , sambil memberikan kode untuk anggota lain member kamiruang untuk berduaan. “kamu tidak suka liat aku menggapai impian ku? Kenapakamu harus memberitahu orang tua aku kalau nilai ku jelek karena latihan vocalterus haaa..!?” Tanya Stella marah.
“karena orang tua kamu bertanya. Jadi akuhanya menjawab apa adanya, lagian ini juga untuk kebaikan kamu Stell” jawab ku merasa bersalah sambil berusahamemandang Stella, tapi ia enggan menatap ku. “Karena gila urusan kamu itu,sekarang aku dilarang ikut ekskul vocal. Puaskan kamu sekarang? Kamu bisa pakaiaula sepuasnya untuk latihan!” bentak Stella sambil berlalu.
Akhirnya haripertandingan pun tiba , Group ekskul vocal mau tidak mau harus mengikuti lombatanpa Stella. Stella begitu kecewa , bahkan enggan menatap ku, ia pun memilihtempat duduk jauh dari ku di dalam kelas. Setelah penerimaan raport kelas dua,tiba-tiba Stella pindah sekolah , ini untuk pertama kalinya aku merindukan sosok Stella. Hari berganti hari , tidak ada lagi ekskul cheers karena kami semua sedangfokus untuk menghadapi Ujian Nasional, Stella pun bagai hilang tanpa kabar. Akusibuk belajar untuk menghadapi UN, sesekali aku latihan vocal sendirian sambilmemadukannya dengan gerakan cheers. Cara itu satu-satunya yang mampumenghilangkan rasa stress ku.
Waktu pun terusberlalu, setelah akhirnya lulus sekolah, Aku memilih untuk tidak meneruskankuliah melainkan ikut dalam latihan vocal pada guru privat. Jikalau Stella tidakbisa meraih mimpinya diluar sana, aku bertekad ingin membantunya untuk melanjutkanmimpinya. Aku terus berusaha mengatur nafas ku agar saat menari sambil menyanyi,nyanyianku tetap terdengar bagus. jatuh bangun aku lewati saat latihan koreografi,begitu pula saat menghampiri satu produser ke produser yang lain meski akuharus terus ditolak untuk dapat masuk ke industri musik. Hingga suatu ketikaada satu produser yang membantu ku, dan untuk pertama kalinya aku dapat tampildi TV yang membuat aku sangat senang. “jika Stella melihat ku, aku harap kamu dapathadir bersamaku. Maafkan aku Stella, Aku harap kamu meraih mimpi mu seperti akuberusaha meneruskan mimpi mu” setelah ucapan aku pun mulai menyanyi dan menarididepan kamera. Ternyata banyak penonton yang menyukai penampilanku dan Akusangat bersyukur dapat terus dipanggil untuk manggung dilayar kaca.
Dan akhirnya suatuketika dalam satu acara, aku melihat sosok Stella sedang duduk menatapku dalamderetan bangku penonton. tiba harinya aku bertemu kembali dengan Stellaberpelukan melepas rindu tanpa membahas kembali masa yang telah berlalu, akumenganggap tidak pernah terjadi apapun, aku ingin Stella tetap menjadi sahabatkuseperti dulu. Aku menarik Stella ke atas panggung . awalnya Stella melihatku yangmenyanyi dan menari, tidak lama kemudian Stella mulai mengikuti gerakanku dannyanyianku dengan sangat kompak. semua penonton didalam ruangan bertepuk tangan, aku menarik nafas kemudian turun kepanggung bersama Stella tapi tetap masihtidak percaya dengan apa yang telah terjadi. “aku selalu bilang kan kalau aku itupaling ngerti kamu. Bahkan gerakan dan nyanyianmu pun aku bisa sangat mengerti” ucap Stella tersenyumriang sambil menjulurkan lidah kepadaku.
--- selesai ---
Tidak ada komentar :
Posting Komentar